Teologi Jabatan Gerejawi
Kenapa gereja Hadir dunia? Salah satunya ialah agar Kristus dapat kembali ‘berinkarnasi’ di dunia. Gereja hadir agar tersedia sarana yang pantas bagi Kristus yang ngeja-wantah di dalam dunia. Dengan demikian alasan tersebutlah yang seharus-nya menjadi motivasi dari kehadiran orang-orang yang melayani Gereja yakni umat secara keseluruhan dan tentu saja para pejabat gerejawi. Untuk itu, posisi dari orang-orang yang melayani Gereja itu adalah sebagai para pelayan dari Yesus Yang Diurapi sebagai Raja, Nabi, dan Imam. Tiga ‘kedudukan’ Kristus ini dikenal dengan istilah munus triplex yakni Kristus yang diurapi sebagai Raja, Nabi, Imam.
Dalam tradisi Reformed yang melatar-belakangi GKJ, ketiga jabatan eksistensial Kristus itu menjadi dasar bagi proses mereformasi gereja: supaya tidak lagi hidup di bawah hirarki Romawi, tetapi di bawah munus-triplex yang sifatnya Trinitarian. Raja didefinisikan sebagai Penatua, Nabi didefinisikan sebagai Pendeta, sementara Imam adalah seorang Diakon/diaken. Dalam perkembangannya masalah muncul pada pengaplikasian munus-triplex tersebut yakni ketiga jabatan tersebut jatuh ke posisi fungsional belaka. Padahal, ketiganya adalah “martabat” (bukan jabatan formal-struktural, tetapi kehormatan-eksistensial yang memuat perutusan/mission-yang-khas). Munus-triplex pun perlahan-lahan hilang dari paham teologi jabatan gerejawi dan kita kehilangan arah serta makna keberadaan jabatan kita.
Kini saat mengembalikan kesadaran dasariah dari bentuk jabatan gerejawi yang ada saat ini. Ketiganya merupakan jabatan-eksistensial (dengan tugas serta kekhasan tersendiri) yang tidak subordinatif namun saling berelasi secara Trinitaris (berbeda-beda namun bergerak dalam satu langkah yang seragam). Pada akhirnya Majelis Gereja, pada dasarnya adalah: penatua (representasi umat) yang diperlengkapi dengan pendeta (kehadiran idealisme rohani umat). Para diaken diutus ke wilayah-wilayah yang “menembus batas” dan mempertanggung-jawabkannya kepada umat. Gereja harus terus menerus bertumbuh dalam mendefinisikan fungsinya di dunia sebagaimanya para reformator gereja zaman dahulu memiliki semboyan Ecclesia Reformata Semper Reformanda (Gereja Reformasi itu adalah suatu gereja yang terus-menerus direformasi).