Fondasi Keluarga
Pernahkah Anda memikirkan, seberapa kokoh fondasi rumah yang saat ini Anda tempati? Rasanya, sangat jarang orang memikirkan hal ini. Sebab, fondasi adalah bagian rumah yang tidak kelihatan. Meski tidak terlihat, namun bagian ini adalah bagian yang sangat penting. Oleh karena itu, pada umumnya, fondasi dipikirkan oleh para ahli bangunan, atau orang-orang yang hendak membangun rumah. Sebab, bagian itu hanya bisa dilihat sebelum rumah didirikan diatasnya. Sekalipun demikian, kekokohan rumah ditentukan oleh fondasinya.
Sesungguhnya, rumah memiliki arti lebih dalam daripada sekedar sebuah bangunan (house). Rumah bagi kita adalah wadah bagi setiap anggota keluarga untuk dapat membangun relasi yang mendatangkan damai sejahtera (home). Rumah adalah keluarga. Kekokohan ‘rumah’ dalam artian ini, juga ditentukan oleh fondasinya. Keluarga yang didirikan dengan fondasi hikmat, akan menjadi kokoh. Kitab Amsal mengajarkan, hikmat dapat diperoleh apabila kita bersedia
1.) Mendengar didikan,
2.) Senantiasa mengalungkan kasih dan setia,
3.) Senantiasa menaruh pengharapan dan memelihara kepercayaan kepada Tuhan,
4) Tidak merasa diri paling benar, sebaliknya menyandarkan pengetahuan pada Tuhan.
Nah sekarang, marilah kita menilik ke dalam ‘rumah/keluarga’ kita masing-masing. Dengan apakah kita membangun fondasi keluarga kita? Berbeda dengan fondasi rumah dalam arti bangunan, yang hanya dapat dirancang dan dibuat sebelum bangunan rumah didirikan. Fondasi hidup berkeluarga, justru harus senantiasa diperbaharui. ‘Bangunan keluarga’ yang fondasinya adalah hikmat Tuhan, akan menjadikan keluarga itu kokoh, menjadi tempat berlindung dan sumber kekuatan bagi setiap anggotanya. Keluarga menjadi tempat yang selalu dirindukan, dimana setiap orang mampu merasakan kedamaian bersama dengan anggota keluarga yang lain.