RUMAHKU, HARAPANKU
Kenal Ibu Theresa, biarawati Katolik yang telah mempersembahkan hidup dan pelayanannya untuk kaum papa di India dan mendapat hadiah Nobel? Ketika diwawancarai tentang apa resep besar untuk memajukan perdamaian dunia, pewawancara berharap ibu Theresa akan memberi resep yang “hebat” dan “besar”. Tetapi. dengan amat sederhana beliau menjawab; ”Pulanglah nak, kasihilah keluargamu”.
Keluarga memang basis bagi kehidupan, bagi pertumbuhan manusia, bagi pendidikan, bagi pembentukan pribadi, dan bagi banyak hal mendasar bagi seorang manusia. Di sana manusia tumbuh menjadi manusia yang belajar mengenal dan mengasihi sesama. Sayang, tidak semua keluarga dapat memenuhi fungsi-fungsi itu.
Ada sebuah cerita anekdot tetang pertumbuhan manusia tanpa kasih.Tujuh ratus tahun yang lalu, Frederik II, Kaisar Romawi yang “suci”, membuat sebuah eksperimen untuk mengetahui bahasa apa yang akan dipakai anak-anak kalau mereka tidak pernah mendengar sepatah katapun : apakah mereka akan berbicara dengan bahasa Yahudi, Yunani, atau Latin, atau bahasa orang tuanya. Ia mengumpulkan sejumlah bayi dan memerintahkan sejumlah ibu angkat dan perawat untuk memberi makan, memandikan, dan merawat mereka, tapi dilarang mengeluarkan sepatah katapun. Apa yang terjadi? Eksperimen itu gagal, karena semua bayi piaraan itu mati.
Meski hanya sebuah anekdot, tapi ceritera itu berdiri kokoh di atas sebuah prinsip bahwa bagi manusia, pengalaman sosial, pengasuhan, kasih sayang orangtua adalah kebutuhan yang amat mendasar. Tanpa itu manusia tidak akan pernah menjadi manusia. Pertumbuhan manusia tidak hanya membuka secara otomatis bakat-bakat bawaan seperti instink pada binatang.
Anak yang mengalami penolakan secara ekstrem dan kehilangan kasih sayang dari lingkungan dan keluarganya, akan gagal mengembangkan kepribadian yang manusiawi. Banyak manusia yang apatis, menarik diri, bersikap tidak sosial, agresif, bermusuhan, brutal, ada hubungannya dengan pengalaman penolakan dan ketiadaan kasih. Manusia membutuhkan kasih sayang sejak ia masih bayi, seperti ia butuh makan, untuk dapat mengerti dan menyatakan kasih sayang kelak sebagai manusia dewasa. Dan RUMAH TANGGA serta KELUARGA adalah basisnya.
Jangan-jangan perilaku masyarakat kita yang sering tampak buruk, adalah juga karena keluarga-keluarga sebagai basis pendidikan telah kehilangan fungsi dan peranannya. Mari kita dandani keluarga kita.