Allah Selama-lamanya
Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya. (Mazmur 73:26)
Mazmur 73 adalah salah satu mazmur yang sarat pengajaran. Bernada serupa dengan Mazmur 49, mazmur ini mencatat pergumulan Asaf dalam menghadapi ironi hidup. Ia melihat mereka yang berjalan di jalan kefasikan malah hidup mujur, sehat, dan makmur, melebihi umat Tuhan yang “penuh tulah” (ay. 4-5; 12-14). Kondisi ini membuat Asaf patah arang (ay.13) dan getir hati. Ia sempat menyesali komitmen hidup kudus, yang membuat hidupnya tidak lebih baik dari orang fasik (ay. 13-14). Tetapi, kita akan terhibur jika membaca kalimat Asaf selanjutnya. Ia memperhatikan di tempat kudus Allah bahwa kehidupan orang fasik berakhir dengan kebinasaan. Di dalam teropong Allah, ia melihat kesejahteraan orang fasik itu semu. Suatu penampilan yang menipu. Asaf tidaklah sendirian. Saat ini, kebanyakan kita pernah merasakan bahwa hidup Kekristenan itu tidak menarik. Kita menghadapi perkelahian rohani. Lalu kita merasa keliru karena telah memilih jalan yang sempit, licin, berbahaya, dengan sedikit kawan seperjalanan. Namun, ingatlah, keberadaan segala sesuatu tidaklah selalu sama dengan penampilan luarnya. Suatu penampilan indah namun berada di luar terang Allah sama saja dengan keindahan yang semu. Sebaliknya, jika Allah yang menjadi Harta kita, seberat apa pun tulah yang datang, kita akan mampu berkata seperti Asaf, “Sekalipun dagingku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya” (ay. 26). Setiap perjuangan dan pengorbanan yang dicurahkan dalam mengikut jalan Tuhan bernilai kekal di hadapan-Nya. Selamat mengikut Tuhan ^-^