Lembut Namun Kuat Itulah Kekuatan Cinta Yang Mengubah
Dalam kehidupan, kita dibentuk dan diubah oleh apa atau siapa yang kita cintai. Bagi seseorang, berubah dalam hidup bukanlah sesuatu yang mudah, apalagi bila menyangkut kebiasaan yang sudah melekat sekian puluh tahun lamanya. Pepatah Jawa mengatakan “ciri wanci lelai ginawa mati”. Artinya kurang lebih: “kalau sudah menjadi watak, akan dibawa sampai mati. Memang, kalau orang tidak sungguh-sungguh berusaha dan memiliki motivasi yang kuat dari dalam dirinya sendiri, maka perubahan akan sulit dilakukan.
Namun tidak dengan Aleida Huissen. Kisahnya yang unik mungkin dapat memberi pelajaran kepada kita. Aleida Huissen, seorang wanita tua yang tinggal di Rotterdam, negeri Belanda. Ia adalah seorang perokok yang sudah merokok selama 50 tahun terus menerus. Selama berpuluh tahun ia berusaha menghentikan kebiasaan merokoknya, tetapi selalu saja gagal. Barulah suatu ketika, ketika seorang bernama Leo Jansen, laki-laki berumur 79 tahun melamarnya, Aleida berhasil menghentikan rokoknya. Mengapa?
Ketika Leo melamarnya, ia mengatakan dengan sungguh-sungguh bahwa ia mengasihi Aleida, dengan catatan bahwa Aleida berhenti merokok. Karena cinta Leo, Aleida-pun berhasil menghentikan kebiasaan merokoknya. “Tak ada kekuatan lain yang berhasil menghentikan kebiasaanku merokok, kecuali cinta Leo”, ungkapnya. “Cinta dan kedamaian hati yang mendalamlah yang telah melakukannya”.
Kisah itu hanyalah peristiwa sederhana yang mungkin dapat memberi inspirasi bagi hal yang lebih penting yaitu pertobatan. Dalam bahasa Ibrani “bertobat disebut dengan kata “syub” yang artinya berbalik. Berbalik dalam arti meninggalkan jalan yang salah, yang sesat, yang menjauh dari Tuhan, dan berbalik 180 derajat. Pertobatan adalah perubahan hidup yang amat mendasar, sehingga orang yang bertobat tidak sekedar menjadi “lebih baik dari hari kemarin”, tetapi benar-benar berubah menjadi baru.
Yesus juga sedemikian mengasihi kita. Ia memberikan kepada kita hidup dengan segala berkatNya, penebusan dosa dan kehidupan kekal. Ini bukan sekedar cinta dan pemberian sederhana. Kalau kita tidak dapat berubah karena kasihNya, jangan-jangan karena kita justru belum merasakan kuasa kasihNya. Kalau kasih itu sudah kita terima dan menguasai kita, kuasa kasihNya pasti mengubah dan membentuk kita.
Di dalam Dia, kita boleh mengenakan manusia baru, dan yang terus-menerus mengalami pembaharuan (Ep. 4:17-32, Kol. 3:5-11).