AYO “MODOD” !
Waktu berjalan dengan teratur dan konstan. Manusia normal juga bertumbuh dengan tahap-tahap tertentu yang normal. Teknologi? Makin lama teknologi berkembang dengan amat cepat seperti melompat sehingga banyak orang mengalami ketertinggalan.
Bagaimana dengan iman? Iman setiap orang tidaklah muncul dengan tiba-tiba dan tidak pula tiba-tiba menjadi kuat. Iman memerlukan proses (kadang-kadang atau sering bahkan panjang) untuk dapat menjadi dewasa, kuat dan matang. Itu berarti iman dan percaya juga seperti makhluk hidup yang mengalami pertumbuhan dari lahir, bayi, muda dan matang dan berbuah.
Tapi apakah kemudian orang beriman juga dapat dikategorikan menjadi kelas-kelas? Adakah iman “kelas teri” dan “kelas kakap”? Adakah iman “kelas rendah” dan “kelas tinggi”, “kelas ringan” dan “kelas berat”?
Memang, terutama dalam dunia kebatinan, orang yang beriman dibagi-bagi dalam tahap-tahap seperti kelas, dari yang rendah kepada yang tinggi. Tingkat-tingkat itu misalnya : yang paling rendah disebut syariat, di atasnya tareqat, dan yang tertinggi haqeqat. Ada juga yang membaginya dalam empat tingkat : syariat, tareqat, ma’rifat dan baru haqeqat. Agak sulit diterangkan, tapi secara sederhana digambarkan bahwa seorang yang dalam tahap paling rendah yaitu syariat, adalah orang yang sekedar menjalankan agama berdasarkan aturan-aturan formal. Dalam tahap tareqat, orang sudah mulai menjalani dan menyelami jalan-jalan khusus. Dalam ma’rifat, orang sudah mencapai kearifan yang tinggi, memahami makna-makna yang dalam, sudah arif. Dalam haqeqat, orang sudah menemukan kebenaran yang hakiki dan sempurna. Dengan pembagian itu biasanya lahir perasaan diri sempurna dan berkelas, atau sebaliknya rasa diri rendah dan awam.
Meski iman harus bertumbuh, tapi Tuhan Yesus tidak mengajarkan kelas-kelas iman yang menjadikan orang merasa sempurna dan lebih dari orang lain. Memang iman tidak serta merta kuat. Kadang-kadang bahkan sudah lama percaya, tetapi masih juga agak kekanak-kanakan, juga bisa. Ketika Yesus bangkit, Ia berkali-kali menampakkan Diri kepada para murid dan membangun iman mereka. Ketika Ia telah naik ke sorga, Ia memberikan Roh Kudus yang makin menjadikan para murid mandiri dan matang.
Iman memang tidak langsung jadi atau langsung hebat. Kadang-kadang yang terjadi bahkan sebaliknya : perlahan, “nggremet”, me-rangkak, diselingi keraguan, kegagalan, kejatuhan, bimbang dan ragu. Tapi dalam penyertaan Tuhan, iman yang benar bergerak ke arah yang benar dan berangsur-angsur dengan tekun, mengarah kepada kematangan dan kedewasaan. Namun demikian ada juga yang meski diberi waktu cukup untuk bertumbuh, digelontor berkat, diberi kesempatan mengalami pergumulan dan ujian, eee… tetap saja kunthet atau stunting. Segitu-segitu…saja, malah kadang mundur dan lembek. Kenapa ya? Tambah usia, tapi nggak tambah matang. Ayo modod! (apa itu modod?)