top of page

SIMPANG-SIMPANG JALAN KEHIDUPAN


“Aduh, sesudah adiyuswa aku kok merasa banyak seka-li punya masalah. Pelupa-lah, cepat capek, mudah sakit, mudah tersinggung, kesepian, merasa dilupakan…. Semua nggak enak. Dulu ketika aku muda ndak pernah punya masalah! Benarkah demikian? Oh, tidak! Setiap orang dalam tahap kehidupannya mengalami sejenis pergumulan, seperti sebuah perjalanan yang selalu menemukan simpang jalan. Dalam simpang jalan itu ada ketegangan dan perlu mengatasinya dengan mimilih apa yang perlu.


Meminjam teori ahli psykhologi Erik Erikson, manusia memiliki 8 tahap dalam hidup :

Masa bayi, 1 - 2 th. : percaya versus tidak percaya. Kebajikan dasar

yang perlu dikembangkan : harapan.

Masa kanak2 awal, 2 - 3 th : otonomi vs malu & bimbang.

Perlu : Kemauan.

Masa bermain, 4 - 5 th : inisiatif versus rasa bersalah.

Perlu : Tujuaan.

Masa sekolah, 6 – 11 th : kerajinan vs rendah diri.

Perlu : Kecakapan.

Masa remaja, 12 - 18 th. : identitas vs kekacauan.

Perlu : Kesetiaan.

Masa dewasa, 19 - 35 th. : keakraban vs isolasi.

Perlu : Kasih sayang.

Setengah umur, 36 - 50 th. : generativitas vs stagnasi.

Perlu : Perawatan.

Masa tua, 51 th+ : integritas vs keputusasan.

Perlu : Kebijakan


Ketika seorang bayi memulai hidupnya, ia belajar baik rasa percaya maupun rasa tidak percaya. Kalau ibu atau pengasuhnya secara konsisten memperhatikan dan mengasihi, perlakuan tersebut membentuk rasa aman dan percaya kepada orang di sekitarnya. Kalau yang terjadi sebaliknya, ibu atau pengasuhnya cuek, dingin, menolak, kejam, atau inkonsisten, ia akan tumbuh dalam rasa tidak aman dan tak memiliki rasa percaya kepada orang lain. Hal-hal itu tertanam dan menyelinap menjadi pembentuk kepribadian awalnya. Demikian juga kalau dalam tahap kemudian ia mulai belajar “mandiri” seperti berdiri, ber-jalan, memegang dsb., anak belajar memiliki otonomi. Kalau ia didorong dan dibantu, dan berhasil, ia mulai merasa memiliki otonomi, bekal kemandirian, dst. Sebaliknya kalau terus di “over-proteksi”, tak pernah diajar mandiri, ia akan tumbuh menjadi anak pemalu, bimbang, peragu, dan tidak PD.


Begitu tahap demi tahap sampai tuapun orang masih akan mengalami “simpang jalan” Ketika tua misalnya, orang menghadapi integritas (keutuhan pribadi) atau keputusasaan. Kalau tahap ini dapat dilalui dengan baik, orang tua akan mengembangkan sikap bijak dan potensial akan mengalami ketenangan hidup serta mampu menerima kenyataan-kenyataan hari tuanya dengan tenang dan bahagia. Kalau tidak, rasa putus asa akan terus mengganggunya.

Dimana posisi Anda? Hati-hati di simpang jalan….. jangan salah pilih jalan!

Kategori
Recent Posts
Archive
bottom of page