Dipersatukan oleh Bapa yang Adil dan Pengasih
Kis. Rasul 16:16-34, Maz. 97, Wahyu 22:12-21, Yoh. 17:20-2
Allah yang adil adalah Allah yang tidak menbeda-bedakan. Bagi orang Yahudi, ini suli dipahami sebab mereka menganggap hanya merekalah bangsa yang dipilih Allah. Pemahaman ini membuat mereka menjadi ekslusif dan merasa superior diatas yang lain. Perasaan itu menumbulkan sikap yang merendahkan 'yang lain', cenderung menolak perbedaan, membatasi pergaulan, bersikap tidak adil terhadap sesama dan menganggap bahwa keberadaan mereka yang berbeda sebagai sebuah ancaman.
Ekslusivitas bangsa Yahudi itu dalam kekristenan perdana membuat mereka sulit bergaul dengan orang-orang Kristen dari bangsa lain.
Oleh karna itu dalam doa-Nya, Tuhan Yesus berkata supaya umat dipersatukan seperti kesatuan antara Yesus dengan Bapa. Kesatuan antara Bapa dan Yesus menjadi umat terhisab dalam kesatuan dengan-Nya dan kesatuan itu menyebar dalam hidup bersama. Hal itu terjadi karena keadilan Allah yang tidak membeda-bedakan. Keadilan Allah terwujud dalam bingkai kasih. Apakah keadilan itu mungkin terwujud tanpa membeda-bedakan? Dlaam kasih hal itu mungkin. Keailan Bapa diwujudkan-Nya dengan kekuatan kasih. Doa Yesus itu tidak berhenti saat diucapkan. Saat ini doa itu juga merupakan doa buat umat Allah di masa kini. Yesus menghendaki semua menjadi satu bersama Bapa yang adil dan penuh kasih. Firman Tuhan hari ini mengajak kita untuk mewujudkan doa Yesus, mewujudkan kehidupan dalam kesatuan kasih dengan Tuhan dan sesama.