Mengenal Persembahan Persepuluhan (4)
Maleakhi 3:10 adalah ayat yang paling sering dikutip di gereja-gereja tertentu untuk menyatakan penekanan pada persembahan persepuluhan. Pengutipan ayat tersebut seringkali dilepaskan dari konteksnya dan hasilnya ialah sebuah ayat yang mendasari persembahan persepuluhan dari sudut pandang terbatas. Secara garis besar kita dapat melihat Maleakhi sebagai sebuah kitab yang sifatnya legalistis/ menekankan tegaknya aturan agama. Namun sesungguhnya hal tersebut bukanlah yang utama. Pesan utama kitab Maleakhi ialah kesetiaan Allah yang direspon tidak sepantasnya oleh umat Israel.
Terjadi ketimpangan dalam perjanjian antara Allah dengan manusia; Allah tidak pernah berhenti mengasihi manusia sementara manusia membalas kasih Allah dengan ketidaktaatan kepadaNya. Manusia membalas Allah dengan kejahatan. Maleakhi 1:2-5 menegaskan bahwa Allah mengasihi manusia. Ini pengakuan iman yang mendasari hidup orang Israel. Namun demikian, sekalipun mereka sudah dikasihi Allah, namun mereka tetap melakukan tindakan yang menyedihkan dan penuh cemar; mereka memberi persembahan yang cemar dan tak layak (1:6-14), bahkan para imamnya terlibat dalam perusakan moral Israel (2:1-9), kemudian juga malah orang Israel yang dituntut memelihara kemurnian iman malah kawin-mawin dengan bangsa kafir (2:10-16).
Allah hanya menghendaki ketaatan Israel dalam menjalankan perintahNya, termasuk di dalamnya adalah persepuluhan. Itulah sebabnya dengan nada perih dan luka Allah “menantang” Israel untuk membuktikan kasih-setia Allah kembali. Lalu muncullah Maleakhi 3:10. Ayat tersebut pada akhirnya bukanlah regulasi/ketetapan mengenai persembahan persepuluhan melainkan sebuah tantangan dari Allah untuk membuktikan kesetiaan Allah. Seakan Allah ingin berkata: “Ujilah Aku! Kenapa engkau tak memercayai kesetiaan-Ku dengan cara menipu-Ku dan mencemari tugas ibadahmu? Kenapa engkau memanipulasi persepuluhan untuk kepentinganmu, seolah-olah kalau engkau memberi persembahan maka engkau akan berkekurangan? Bukankah Aku selalu membuktikan kesetiaan-Ku dengan membuka tingkap langit dan mencurahkan berkat atasmu?”
Firman Tuhan dalam Maleakhi 3 pada akhir memberikan sebuah fondasi bagi pemberian persembahan persepuluhan yakni “kita memberi karena sudah menerima” dan bukan sebaliknya “kita memberi supaya menerima.” Pernyataan yang terakhir tidak pernah tercatat dalam Alkitab, karena iman Kristen tidak mengajarkan hidup keberimanan manusia yang transaksional.
Joas Adiprasetya,”Persembahan Persepuluhan: Kewajiban atau Disiplin Rohani?” h. 5