Mengenal Persembahan Persepuluhan (5)
Bila dibandingkan dengan Perjanjian Lama rujukan/pembahasan mengenai persembahan persepuluhan di Perjanjian Baru memang tidak begitu banyak. Dalam injil misalnya, ada beberapa rujukan kepada persembahan persepuluhan namun bukan dalam bentuk instruksi baku seperti Perjanjian Lama melainkan perumpamaan/cerita serta pengajaran yang dituturkan oleh Tuhan Yesus. Matius 23:23 dan Lukas 11:42 merupakan dua cuplikan ayat yang paling tidak memuat sedikit pengajaran Yesus mengenai persepuluhan. Lewat dua ayat tersebut Yesus menegur orang-orang Farisi serta ahli Taurat yang terlalu mematuhi aturan persepuluhan namun kehilangan roh di baliknya, yaitu keadilan sosial dan belas kasihan. Yesus mengingatkan orang Farisi dan ahli Taurat beserta murid-muridnya saat itu yakni betapa sia-sianya persembahan persepuluhan bila tanpa prinsip keadilan dan solidaritas sosial yang ada di baliknya. Pada saat itu Ia juga hendak mengajarkan bahwa seharusnya hidup penatalayanan Kristiani seharusnya terletak pada keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan.
Dengan sikap kritis yang sama, Yesus memaparkan kisah seorang Farisi (Luk. 18:12), yang dengan bangganya mematuhi aturan persepuluhan, namun memiliki sikap sombong rohani dan merendahkan orang lain. Di mata Yesus, orang semacam ini “akan direndahkan” (ay. 14). Kritik Yesus ini mengingatkan kita pada surat-surat para Nabi, khususnya Amos, terhadap kehidupan yang menekankan kesalehan ritual dan mengabaikan kesalehan sosial. Sementara itu bila didata secara kualitatif maka surat Ibranilah yang berbicara lebih banyak mengenai persepuluhan. Surat Ibrani meletakkan persepuluhan dalam konteks pemberian persepuluhan dari Abraham kepada Imam Melkisedek. Lebih menarik lagi untuk melihat konsep Paulus mengenai ‘persembahan’. Paulus tidak menyebutkan sama sekali ‘persembahan persepuluhan’ dalam surat-suratnya, melainkan metode ‘persembahan’ bagi Paulus dapat dilakukan melalui ‘menabung.’ Metode tersebut dibicarakan dalam konteks bantuan terhadap jemaat di Yerusalem (1 Korintus 16:1-2).
Perjanjian Baru ternyata memuat ucapan Kristus yang bernada Kritis terhadap persepuluhan, begitu pula surat-surat Paulus. Namun, apakah tidak ada hal yang dapat kita jadikan dasar dari persepuluhan/persembahan di Perjanjian Baru? Konsep mengenai persembahan sendiri di gereja-gereja reformasi ternyata datang dari Perjanjian baru serta kehidupan jemaat mula-mula. Konsep itu dikenal dengan istilah Teologi Persembahan. Teologi persembahan itulah yang akan kita bicarakan di minggu depan. Bagaimana seharusnya sikap, motivasi hati, pelaksanaan persembahan/ persepuluhan yang tepat secara Kristiani?