SALEH yang SALAH
Paus Fransiskus memperingatkan kita dan masyarakat modern pada umumnya, terhadap bahaya “dosa halus” dan mengatakan bahwa tidak semua orang yang pergi ke gereja secara otomatis dapat disebut sebagai orang saleh dan baik. Perlu sebuah sikap batiniah yang peka terhadap penderitaan kemanusiaan sesama, memiliki kasih dan kerendahan hati dan iman yang meyakini bahwa hanya Allah yang menjadi Penolong kita.
Dalam homili yang disampaikan di kapel Saint Martha di Vatikan, Paus Franciscu mempergunakan perumpamaan tentang orang kaya dan Lazarus dalam Injil Lukas. Orang kaya itu membanggakan pakaian halus dan makan makanan mewah, sementara Lazarus adalah seorang pengemis yang tinggal di dekat rumah orang kaya, berjuang dengan kelaparan dan penyakit.
Paus menjelaskan bahwa orang kaya itu mungkin tidaklah jahat, tapi “mata jiwanya sudah ternoda sehingga tidak melihat.” Paus mengingatkan kita: “mungkin dia adalah seorang yang religius, dengan caranya sendiri”. Mungkin dia berdoa dan beberapa kali setahun pergi ke Bait Allah untuk mempersembahkan korban dan memberi sumbangan besar untuk para imam, dimana imam-imam tersebut dalam kekerdilannya akan berterima kasih padanya dan memberinya kursi kehormatan. Tapi tidak peduli apa “perbuatan baik” yang ia buat orang kaya itu gagal untuk mengenali penderitaan orang miskin yang tinggal begitu dekat dengan rumahnya.
Paus Fransiskus kemudian menerapkan perumpamaan itu untuk zaman modern. Ia memperingatkan bahwa kini juga banyak orang yang religius, tapi hati mereka dibayangi oleh keduniawian sehingga mereka gagal untuk menyaksikan penderitaan orang di sekitar mereka.
Dengan hati duniawi kita bisa pergi ke gereja. Kita dapat berdoa, kita dapat melakukan banyak hal. Tapi jika hati kita duniawi, kita tidak dapat memahami kebutuhan dan kesulitan orang lain. Kebutaan ini tidak hanya “dosa halus,” tetapi “keadaan berdosa bagi jiwa kita,” kata Paus. “Ada kutukan bagi orang yang percaya dengan hati dan sikap duniawi; dan berkat bagi orang yang percaya kepada Tuhan. Jiwa orang kaya itu adalah gurun dan tanah yang tidak dapat ditempati. Orang-orang duniawi terasing sendirian dengan egoisme mereka.”
Demikian juga ketika Yesus menyembuhkan perempuan yang bongkok selama 18 tahun dan ditegur oleh kepala rumah ibadah. Siapa yang sebenarnya bongkok? Kepala rumah ibadah itu, yang kelihatannya saleh tapi tak memiliki mata batin dan kasih untuk dapat melihat umat yang begitu menderita di depan matanya. Tampaknya saleh tapi salah. Mengapa ia tidak bisa melihat itu? Karena imannya bongkok sehingga tak dapat melihat ke atas dan ke samping.