MAU JADI APA?
Masa depan seorang anak sering menjadi pergumulan keluarga. Keluarga memang punya peran penting dalam memberi dorongan dan arah bagi masa depan anak. Tetapi bagaimana keluarga itu melakukan peranannya? Jangan masa depan anak kita pertaruhkan atau kita serahkan kepada pihak yang keliru. Mereka adalah generasi masa depan, yang kita juga ikut menyiapkannya sekarang.
Ada sebuah keluarga muda yang mempunyai seorang anak yang masih kecil. Ayah dan ibu muda itu ingin agar anak mereka mempunyai masa depan yang cerah, tetapi kedua orang tuanya merasa tidak cukup punya waktu untuk mengasuh dan mendidiknya. Cemas akan masa depan anaknya, mereka lalu bersepakat untuk pergi ke dukun untuk mencari nasehat dan ramalan tentang masa depan si anak kecil mereka. “Mbah dukun, kami ingin anak kami punya masa depan yang cerah. Berilah kami nasehat dan cara mengetahui masa depan anak kami ini”.
Setelah membakar dupa dan komat kamit, dukun itu keluar menemui clien-nya itu dan memberi resep agar mereka itu bisa melihat bagaimana masa depan anak mereka. Ia berpesan: “Pulanglah. Masukkan anakmu ini ke dalam kurungan atau ruangan kecil seorang diri. Sebelumnya taruhlah di dalam ruangan itu benda-benda berikut ini: uang, pensil, tasbih dan botol kecil berisi wisky. Lalu amati dari lubang atau jendela tanpa dia ketahui. Kalau dia mengambil uang, ia akan menjadi seorang pedagang. Kalau ia mengambil pensil ia akan menjadi seorang ilmuwan. Kalau ia mengambil tasbih, ia akan menjadi rohaniwan. Tapi kalau ia mengambil botol wisky, ia akan menjadi seorang pemabok.”
Setelah menerima pesan itu pulanglah sepasang orangtua itu dan segera melakukan pesan sang dukun karena ingin cepat tahu bagaimana masa depan anak mereka itu. Disiapkanlah semuanya : uang, pencil, tasbih dan botol wisky, lalu diintainya apa yang akan diambil anaknya. Apa yang terjadi? Anak kecil itu mengambil uang dan memasukkannya ke dalam kantongnya. Pensil pun diambil dan dimasukkan ke saku bajunya. Ia ambil tasbih dan dikalungkan di kehernya, dan botol wisky ia dekap di dadanya……..
Melihat itu, ayah ibunya bingung dan berdebat. “Akan jadi apa anak kita?”. Semua diambil dan disukainya. Apa yang baik dan yang tidak baik sama-sama disukainya. Lalu mau jadi apa? Bingung, dan mereka kembali kepada mbah dukun dan melaporkan hasilnya. Mbah dukunpun agak gelagapan karena perilaku anak itu di luar skenario. Tapi kemudian mbah dukun pun menjawab : “Tidak apa-apa nak, anakmu ini akan menjadi seorang politisi…!”
Itu sekedar cerita bernuansa tradisional di kalangan masyarakat Jawa. Bagi kita hikmahnya : Cermati arah dan kecenderungan anak kita: Mau ke mana mereka? Quo vadis? Begitu juga gereja kita : mau dibawa kemana?