top of page

Menyatakan Pertobatan dalam Hidup Sehari-hari


Yesaya 1:10-18, Mazmur 32:1-7, 2 Tesalonika 1:1-5, 11-12, Lukas 19:1-10


PPA-GKJ mengartikan pertobatan sebagai akibat dan perwujudan dari percaya (Pert.-Jwb.59). Dilihat dari isinya, pertobatan dibedakan menjadi 2, yaitu pertobatan dasar yang terjadi saat seseorang berbalik hatinya dari tidak percaya menjadi percaya, dan pertobatan senantiasa yang terjadi ketika seseorang yang sudah percaya, karena kelemahan manusiawinya ia dapat berulang kali jatuh ke dalam dosa, kemudian menyesali, dan bertobat. Dalam ibadah Minggu, kita juga diundang untuk menyesali kesalahan, dan bertobat. Namun, darimanakah kita tahu bahwa pertobatan yang kita lakukan itu adalah pertobatan yang tulus, dan sungguh-sungguh?


Bacaan hari ini menunjukkan kepada kita, bahwa pertobatan yang sungguh-sungguh dapat dilihat melalui perubahan perilaku yang nyata dalam hidup sehari-hari. Kita dapat melihat pertobatan yang sungguh-sungguh justru bukan dari cara orang beribadah, atau rajinnya ia melakukan rutinitas keagamaan. Pertobatan yang sungguh-sungguh dapat kita lihat melalui apa yang ia lakukan setiap hari, dan bagaimana ia membangun relasinya dengan orang lain.


Kita dapat melihat dalam kisah pertobatan Zakheus (Luk. 19:1-10). Pertobatan Zakheus terjadi saat ia berada di dalam rumahnya, ketika ia menerima Yesus yang ingin bertandang ke wismanya. Pertobatan itu terjadi tidak serta merta, namun melalui proses, yang ditunjukkan dalam ayat 3-6. Pertobatan Zakheus menjadi nyata, ketika ia menunjukkan kesungguhan untuk berubah, dengan membangun kembali relasi yang rusak dengan sesama (ayat 8).


Bagaimanakah dengan Anda? Apakah Anda termasuk orang-orang yang senantiasa menunjukkan pertobatan dalam hidup sehari-hari? Semoga, kita tidak menjadi petobat-petobat mingguan, yang bertobat pada hari Minggu saja, saat mengikuti ibadah.

Kategori
Recent Posts
Archive
bottom of page