Masa Adven dan Natal (1)
Sebentar lagi kita akan memasuki sebuah momentum dalam kalender gerejawi yang cukup penting yakni masa Adven-Natal. Beberapa waktu yang lalu, GKJ Joglo mengadakan sarasehan masa Adven-Natal bagi jemaat. Acara tersebut diadakan untuk membantu umat untuk memahami Masa Adven-Natal dengan lebih baik lagi, karena kecenderungan yang ada selama ini momentum-momentum tersebut berlalu begitu saja tanpa kita maknai dengan lebih dalam. Untuk itu pada edisi binawarga kali ini serta beberapa edisi yang akan datang, kita akan memasuki sebuah pemaknaan yang lebih mendalam mengenai masa Adven-Natal. Pada saatnya nanti kita juga akan berbicara mengenail simbol-simbol liturgi yang biasa digunakan ketika masa Adven-Natal. Bahan yang disajikan disini merupakan hasil pengolahan kembali bahan sarasehan masa Adven-Natal yang diadakan GKJ Joglo melalui Komisi Ibadah.
Secara historis ada tiga perayaan tahunan atau hari raya gereja, yaitu: Paskah, Pentakosta, dan Natal. Ketiga hari raya tersebut berasal dari dua tradisi yang berbeda. Hari raya Paskah dan Pentakosta- berasal dari tradisi Yahudi, sementara Natal- berasal dari tradisi Romawi. Jikalau Paskah-Pentakosta dapat dilacak jejaknya dari tradisi Yahudi, Natal agak menarik karena sesungguhnya hari raya tersebut berasal dari dua-tiga tradisi yang berbeda: Roma, Mesir, dan Galia.[1] Maka dapat dipahami bahwa pelaksanaan Natal dalam tradisi gereja barat dan timur sesungguhnya jauh setelah Paskah dirayakan selama bertahun-tahun.
Lalu kenapa Natal dirayakan tanggal 25 Desember? Sebagaimana disebutkan sebelumnya, hingga abad keempat sesungguhnya Gereja tidak merayakan kelahiran yesus. Pada tahun 336, Gereja Roma memulai untuk mengadopsi budaya setempat dan mengadaptasinya dengan memasukkan pesan Kristen. Saat itu gereja Roma mentransformasi perayaan ‘Solus Victus” (Matahari Tak terkalahkan), menjadi perayaan untuk menghayati kelahiran Terang Sejati penyelamat dunia. Momen tersebut kemudianmenjadi peringatan akan kelahiran Juruselamat dunia. Sebuah momen yang didasarkan pada narasi kelahiran Kristus, terutama yang tercatat dalam Alkitab terkhusus Injil Lukas dan Matius. Berita penyelamatan Kristus itulah yang hendak dinarasikan berulang-ulang dalam sejarah Gereja dan dunia.
Sebagaimana perayaan-perayaan tahun liturgi lainnya juga disusun dalam urut-urutan tertentu demikian juga Natal juga tersusun dalam urut-urutan yang membawa makna tersendiri dalam perayaan Natal. Bila perayaan Paska didahului oleh masa prapaska demikian juga perayaan Natal didahului oleh masa Adven. Maka untuk memahami Natal, kita perlu untuk membahas masa Adven terlebih dahulu
[1] Rasid Rachman, Hari Raya Liturgi:Sejarah dan Pesan Pastoral Gereja, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2009), 112.