Berkarya bagi Kristus di Tengah Penderitaan
Mal 4:1-2a, Maz 98, 2 Tes 3:6-13, Luk 21:5-19
Konsep orang tentang penderitaan ada bermacam-macam. Penderitaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang menyusahkan, yang ditanggung dalam hati (seperti kesengsaraan, penyakit), atau keadaan yang menyedihkan yang harus ditanggung. Itu berarti, segala sesuatu yang tidak menyenangkan, menurut KBBI berarti penderitaan. Benarkah demikian? Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716), seorang filsuf asal Jerman berpendapat bahwa penderitaan adalah bagian dari harmoni kehidupan. Memang, penderitaan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan, namun penderitaan selalu memiliki dua sisi, yaitu sisi baik, dan buruk. Tuhan memberikan akal kepada manusia, agar kedua sisi itu dapat diselaraskan.
Keselarasan itu akan membuat seseorang memandang penderitaan dengan cara yang berbeda. Ia tidak akan hanya terfokus pada penderitaan, namun juga akan melihat penderitaan itu sebagai sebuah kesempatan untuk memperoleh kebaikan-kebaikan baru. Itulah sebabnya, orang dapat memandang penderitaan sebagai sebuah tantangan, atau juga peringatan.
Dalam Lukas 21:5-19, Yesus memberitahu para murid bahwa waktunya telah tiba, IA akan mengalami penderitaan. Bukan hanya Yesus, namun mereka pun akan turut serta merasakan penderitaan itu. Namun, Yesus mengatakan, justru penderitaan itu haruslah menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi (ay.13). Penderitaan bukan alasan untuk tidak melakukan apa-apa. Sebaliknya, dalam penderitaanlah kita dapat berkarya, dan bersaksi tentang Kristus, bahwa di dalam kelemahan kita, kuasa-Nya menjadi nyata.