Masa Adven dan Natal (5)
Setelah membahas masa Adven selama empat minggu kini kita akan memasuki sebuah peristiwa dalam kalender gerejawi yang diperingati sebagai kelahiran Kristus yakni masa Natal. Natal adalah masa pengenangan dan perayaan akan pengharapan yang dihadirkan oleh Kristus lewat kelahiranNya ke dunia. Natal dirayakan bukan hanya berkisar pada pengenangan akan masa lalu, tapi juga pengharapan akan hadirnya masa depan yang penuh dengan damai sejahtera, keadilan, kebenaran, dan keutuhanciptaan lewat penyelamatan Allah melalui Kristus, puteraNya yang tunggal. Narasi Natal tahun A-B-C yang dibangun adalah kelahiran Yesus di Betlehem pada 24 Desember Malam dan 25 Desember pagi. Tema-tema yang biasanya dibangun adalah kehadiran Yesus Kristus sebagai terang, juru damai, penyelamat, penebar harapan, serta pembebas manusia.
Tradisi gereja-gereja di Indonesia, terutama gereja protestan terbiasa untuk memahami tanggal 24 Desember sebagai ibadah malam natal. Malam Natal dipakai untuk pengenangan akan masa kelahiran Kristus yang semakin mendekat. Umat diajak untuk berjaga-jaga bersama dengan keluarga kudus (Yusuf dan Maria) untuk menanti kedatangan Yesus ke dunia. Perayaan Natal dilanjutkan pada keesokan harinya yakni 25 Desember, disinilah saatnya kita melihat kesaksian ‘saksi-saksi’ pertama kelahiran Yesus yakni mulai dari para gembala hingga orang-orang majus. Tugas para saksi sudah sewajarnya ialah menyaksikan kabar sukacita tersebut kepada seluruh dunia. Para gembala dan orang majus tidak berpaku di palungan melainkan pergi dan menyatakan kabar sukacita itu ke seluruh dunia. Umat pada hari Natal juga diundang untuk melakukan hal yang sama. Kesukacitaan kelahiran Kristus haruslah menyebar ke seluruh penjuru dunia dan tidak boleh berhenti pada pintu-pintu dan tembok-tembok gereja.
Nuansa Natal masih terasa hingga kepada minggu seetelah natal, malam tutup tahun (31 Desember), Tahun baru (1 Januari), Minggu Epifani, dan Minggu Baptisan Yesus. Umat diajak untuk merefleksikan akhir tahun bersama-sama sebagai umat percaya, seraya merumuskan harapan-harapan yang hendak dibangun di tahun-tahun yang akan datang. Setelah itu hadirlah epifani sebagai minggu penampakan Tuhan kepada manusia. Awalnya di Gereja Timur, Epifania ini diperingati sebagai kelahiran Tuhan lambat laun tradisi ini pun berganti. Minggu baptisan Tuhan menjadi sebuah penanda akan pengutusan Tuhan kepada dunia, sekaligus mengingatkan kembali akan iman kristiani kepada Allah yang Trinitarian.