Ibadah dalam Kekristenan
Pusat hidup orang Kristen adalah penghayatan keselamatan yang telah diberikan Allah melalui Tuhan Yesus Kristus dengan perantaraan Roh Kudus. Penghayatan tersebut hendaknya terjadi dan dilakukan dalam keseharian secara pribadi ataupun dalam komunitas orang percaya yang kita kenal dengan gereja. Sebagai kehidupan bersama religius dengan demikian gereja wajib senantiasa menyelenggarakan upaya pemeliharaan iman bagi warganya. Di dalam tradisi GKJ pemeliharaan iman itu dilaksanakan dalam berbagai bentuk kegiatan seperti perkunjungan, PA, Sarasehan, dan yang terutama ialah ibadah serta sakramen.
Ibadah adalah cara orang-orang percaya bersama-sama mengungkapkan dan menghayati hubungan dengan Allah, berdasarkan penyelamatan yang telah mereka alami serta hayati. Unsur-unsur dasar dalam ibadah GKJ ialah pertemuan dialogis antara jemaat dan Allah sebagai berikut: komunikasi dari pihak jemaat (doa, pujian, pengakuan disa dan permohanan ampun, persembahan serta pengakuan iman) dan komunikasi dari pihak Allah (Hukum Tuhan, pengampunan, disa, firman dan berkat). Unsur dasar tersebut diekspresikan dalam berbagai bentuk susunan ibadah (tata ibadah), baik itu dalam ibadah-ibadah yang mengandung sakramen atau ibadah minggu biasa.
Tata ibadah yang kita jalani setiap minggu merupakan sebuah rangkaian yang utuh untuk menghantar kita dalam dialog dengan Allah. Untuk itu setiap bagian dalam ibadah merupakan hal yang penting, dan tidak ada bagian yang lebih penting dari bagian lainnya. Misalnya saja melalui persembahan kita belajar untuk bersyukur atas segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita kepada Allah, sementara melalui Khotbah kita diingatkan kembali akan firman-firmanNya yang menuntun hidup kita, demikian seterusnya.
Ibadah merupakan ekspresi iman seorang manusia terhadap apa yang telah ia alami bersama Allahnya. Seiring berjalannya waktu umat Kristen diundang untuk senantiasa memikirkan kembali ekspresi imannya kepada Allah melalui ibadah. Esensi dari sebuah ibadah adalah dialog antara umat manusia dengan Allah selama hal tersebut kita hayati dengan sungguh maka itulah yang dikehendaki Allah. Terlebih lagi bila kita mengingat surat Rasul Paulus, bahwa Ibadah sesungguhnya adalah seluruh kehidupan kita yang dipersembahkan pada Allah. Ditengah masa pandemi Covid-19 ini kita diajak untuk beribadah dalam cara lain sebagaimana kita beribadah. Selama kita menghayati sungguh esensi ibadah maka kita sedang beribadah seutuhnya kepada Tuhan.