“Bangun, dan Temukan Harapan”
Lukas 24:1-12
Jika pada waktu minggu pagi itu, kita berada bersama para murid Yesus di dalam ruangan tertutup, penuh ketakutan, lalu tiba-tiba datang para perempuan membawa kabar bahwa orang yang begitu dekat dengan kita tidak ada di dalam kubur, dan hidup. Kira-kira, bagaimanakah reaksi kita? Kemungkinan besar, kita akan bereaksi seperti para murid. Tidak percaya. Apa yang dikatakan oleh para perempuan itu dipandang sebagai omong kosong, bohong, mengada-ada.
Sebagai manusia, reaksi itu wajar. Rasanya tidak mungkin seorang yang jelas-jelas sudah meninggal dapat hidup kembali. Namun, berbeda dengan Petrus. Dalam keraguannya, meski mungkin ia sama seperti para murid yang lain, tidak percaya pada apa yang dikatakan para perempuan itu, namun Petrus menyisihkan ruang untuk percaya kepada kabar yang ia dengar. Ia bersedia belajar percaya. Rasa percaya yang menumbuhkan harapan dalam dirinya. Sehingga sekalipun ragu, ia berangkat juga untuk pergi ke kubur dan melihat apa yang dikatakan oleh para perempuan itu. Petrus, bangun dan cepat-cepat pergi untuk menemukan harapan seperti yang ia dengar, juga seperti yang pernah disampaikan Yesus kepadanya dan kepada teman-temannya yang lain.
Demikian pula kita di dalam hidup, kendati ada banyak ketidakpastian yang kita hadapi, namun kita diundang untuk belajar seperti Petrus. Menyisihkan ruang hati kita untuk memelihara kepercayaan kepada Tuhan. ‘Bangun, dan cepat-cepat” meraih harapan, bahwa kesulitan hidup, kekuatiran, ketakutan yang kita alami tidak selama-lamanya kita alami. Ada harapan yang ditawarkan oleh Tuhan. Tugas kita adalah ‘bangun, dan cepat-cepat’ meraih harapan itu. Tidak larut dalam kegelapan batin, namun belajar untuk berani meraih janji Tuhan.