top of page

Iman yang Dewasa


Injil Yohanes 16:4b-15, (nats ayat 7)

Kepergian orang yang sangat kita kasihi, menimbulkan kesedihan yang mendalam. Dalam bacaan kita, rasa duka itu dirasakan oleh para murid. Percakapan antara mereka dan Yesus terjadi menjelang kematian Yesus. Perasaan manusiawi para murid membuat mereka terpaku pada perpisahan ragawi antara Yesus dan mereka. Para murid terpaku pada cara berada manusia yang terbatas secara fisik. Namun, Yesus memperkenalkan kepada mereka cara berada Allah yang melampaui keterbatasan fisik. Allah yang meraga dalam tubuh jasmani Yesus, akan hadir diantara manusia dalam wujud Roh. Bukan berarti, sebelumnya Allah tidak pernah mewujud dalam Roh. Allah juga pernah, misalnya pada saat Yesus menyembuhkan hamba seorang perwira Kapernaum. Secara fisik, Yesus tidak berada di dalam rumah perwira itu. Namun Roh Allah hadir di sana, menyembuhkan hamba yang sakit itu.


Kepergian Yesus menjadi suatu titik di mana fokus kehadiran Allah adalah dalam wujud Roh, yaitu Roh Penghibur (parakleitos), yang berperan sebagai penghibur, penolong, pembela, dan pendamping. Kepergian Yesus melatih iman para murid agar mereka menjadi dewasa. Iman yang dewasa adalah iman yang tidak terpaku pada kehadiran fisik. Tetapi iman yang juga dapat merasakan kehadiran Allah dalam wujud Roh, yang menguatkan, dan menuntun kita untuk hidup dalam kebenaran.

Kategori
Recent Posts
Archive
bottom of page