AWATAK SAMODRA (berwatak samudera)
‘Sabar” biasanya dipahami sebagai “mengalah, diam, dan nrimo”. Sabar sering dipahami sebagai sikap pasif, diam, tanpa dinamika dan aktivitas. Benarkah ? Tidak! Sabar ternyata adalah sebuah perjuangan yang berat dan memakan banyak upaya.
“Sabar” dan bersabar adalah kata kerja aktif yang menggambarkan betapa pelakunya benar-benar melakukan upaya aktif. Beberapa istilah yang digunakan untuk menggambarkan sabar antara lain: makrothymio (bhs.Yunani, artinya panjang hati, tabah), erek appayim (Ibrani, artinya lapang hati, bernafas panjang). Bahasa Jawa juga menyebut dowo ususe (panjang ususnya), jembar dadane, awatak samodra, (berdada lebar, berwatak lautan, yang mampu menampung segala sesuatu dan tidak menjadi tumpah).
Sabar memiliki beberapa kandungan arti. Sabar bukanlah “nrimo” dalam arti pasif, atau diam meski diperlakukan dengan kejam dan tidak adil. Sabar memiiki sifat aktif, bukan pasif. Sabar itu pengekangan dan pengendalian diri untuk menghadapi tantangan yang menimbulkan kemarahan. Sifat itu hampir selalu dihubungkan dengan kasih sayang terhadap mereka yang menimbulkan amarah. Panjang sabar itu bertujuan agar mereka yang berbuat tidak benar, memiliki kesempatan untuk berubah.
Dalam kitab-kitab Ayub dan Amsal, kesabaran mendapat perhatian utama, dan digambarkan sebagai hal yang sangat tinggi nilainya serta amat berharga. Kesabaran menjadi kunci utama dalam banyak praktek hidup untuk menghindari perselisihan dan menjadi kekuatan yang bijaksana dalam mengupayakan agar banyak perkara yang kacau menjadi tertib, terutama dalam hal-hal yang potensial menimbulkan kemarahan. Panjang sabar juga adalah salah satu dari buah-buah Roh. Orang Kristen terpanggil untuk sabar dalam menghadapi banyak cobaan dan penderitaan seperti teladan yang diberikan Yesus dan banyak nabi.
Sifat aktif dari kesabaran juga tampak dalam ketekunan. Tekun adalah terus-menerus tabah. Tekun berarti terus menerus bersedia hadir, ada, dan tenang serta sungguh-sungguh untuk menjaga dan dengan terus-menerus tabah berpegang pada prinsip yang diyakininya benar meski keadaan sangat sulit. Dalam pengertian praktis, kesabaran, ketekunan, tabah dan tidak putus asa, berjalan bersama-sama. Itu semua menjadi satu paduan sikap yang tampak dalam ketetapan hati untuk tetap menjalani hidup dengan percaya meski banyak penderitaan dan tantangan.