Teologi DOA (4)
Pada minggu ini kita akan melanjutkan pembelajaran mengenai doa Bapa kami. Kecenderungan umat Kristiani adalah sekedar mengucapkan doa ini tanpa dihayati dengan sungguh, akibatnya adalah formalitas liturgi tanpa berdampak pada kehidupan sehari-hari. Maka dari itu perenungan makna doa Bapa Kami sangat penting untuk menghindari kecenderungan tersebut. Setidaknya ada beberapa makna yang dapat kita hayati dari doa ini, yakni:
Aspek pertama dari doa Bapa Kami ini adalah mengungkapkan sebuah kesadaran untuk memuliakan Allah sebagai Bapa karena relasinya kepada manusia dan perannya dalam penciptaan alam semesta. Dengan demikian doa bukanlah sekidar daftar permintaan kepada Allah, melainkan keberserahan total terhadap kehendakNya. Hal itu dinyatakan dalam kalimat: “Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu,jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.
Manusia diajarkan untuk menyerahkan pemenuhan kebutuhan dasarnya kepada Allah. Tercermin dari kalimat: “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya.” Kebutuhan itu akan dipenuhi Allah secara secukupnya bukan berlebihan karena Allah tidak akan menjerumuskan manusia kepada keserakahan.
Manusia diajarkan untuk menciptakan relasi yang baik antara Allah dengan sesamanya melalui kesadaran untuk mengampuni bukan hanya menuntut untuk diampuni oleh Allah.
Hidup ini penuh dengan penggodaan dan pencobaan. Keduanya harus disadari dalam kehidupan sehari-hari. Atas usahanya sendiri manusia tidak dapat lepas dari penggodaan tersebut melainkan harus bergantung serta berserah kepada Allah semata.
Doa yang indah ini diakhiri dengan doksologi atau sebuah puji-pujian akan kebesaran serta kemahakuasaan Allah (Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya.Amin). Ungkapan ini juga adalah pengakuan akan kerendahan hati manusia. Pada akhirnya bukankah Doa adalah soal pengakuan akan kedaulatan Allah di dalam kehidupan kita?