“Sabar dan Tangguh dalam Kesesakan”
Habakuk 1 : 1-4; 2:1 3:17-19
Habakuk hidup pada jaman dimana bangsa Israel ditindas oleh musuh-musuhnya. Bukan hal yang mudah baginya untuk dapat terus mempertahankan imannya. Masa-masa yang sukar dimana musuh senantiasa menindas, membuat semua aspek kehidupannya terpengaruh. Ladang yang biasanya menjadi tempat yang mendatangkan penghasilan dan merupakan tempat tumpuan bagi penghidupannya tidak lagi membuahkan hasil. Ternak yang menjadi harta kekayaannya terhalau dari kurungannya. Tidak ada lagi simpanan baginya. Sedangkan dia mempunyai kebutuhan yang harus terus dipenuhi.
Bukankah hal-hal ini juga yang banyak dialami oleh umat Tuhan? Banyak hal yang tidak sesuai dengan harapan terjadi dalam kehidupan kita. Ketika kita berdoa, Tuhan pun nampak berdiam, seolah tidak menghiraukan doa-doa kita. Namun, apakah semua itu membuat kita menyerah begitu saja? Tentu tidak. Mari kita belajar dari bacaan kita hari ini, bagaimana Habakuk berproses dalam menjalani pergumulan imannya.
Bacaan kita menyadarkan kita bahwa menjalani kehidupan diperlukan kegigihan dalam berjuang. Sebab hidup itu memang memerlukan perjuangan. Mengubah perspektif kita dalam memandang peristiwa dengan cara pandang lebih positif adalah modal utama dalam perjuangan itu. Mari kita menanamkan pemahaman bahwa Allah dapat memakai situasi atau keadaan yang tidak menyenangkan, bahkan orang-orang jahat sekalipun, untuk menyadarkan, menegur, dan menghukum umat-Nya dari dosa dan kejahatan. Dengan demikian, kita akan memiliki pengharapan di dalam Tuhan. Dengan demikian, kita akan mengubah ratapan kita menjadi puji-pujian bagi Tuhan, dan menjalani hidup dengan lebih sabar bersama dengan Tuhan.