PENDETA PENDEK
Sekecil-kecilnya seekor gajah, atau bayi gajah yang terkuruspun, tidak akan dapat masuk ke pelupuk mata manusia. Tetapi ada peribahasa yang mengatakan “gajah di pelupuk mata tak tampak”, sementara “kuman di seberang laut”, malah tampak. Begitu bunyi peribahasa yang mengingatkan agar kita tidak terjatuh dalam sikap suka mencari kesalahan orang lain, sementara tidak melihat kesalahan sendiri yang jauh lebih besar.
Suatu hari seorang yang dikenal suka mencari kesalahan dan mengritik orang lain ikut dalam kebaktian gereja di sebuah jemaat. Pendeta yang berkhotbah waktu itu memang bertubuh kecil dan pendek, sehingga toga dan stolanya kelihatan terlalu panjang bagi pak pendeta yang pendek itu. Ketika pendeta selesai memberi kotbah, dan tiba waktu bersalaman dengan jemaat, wanita itu berkata kepada pak pendeta : “Maaf pak pendeta, ada sesuatu yang terlalu panjang, yang tidak baik pada Anda”.
Pendeta pendek itu agak kaget dan heran mendengar kritik wanita itu, lalu dengan serius ia bertanya: “Apa maksud ibu?” Dengan nada enteng dan kurang sopan wanita itu berkata : “Stola yang Anda pakai terlalu panjang! (stola adalah semacam selendang yang dipakai oleh pendeta atau pastor waktu memimpin ibadah). Bolehkah saya mengambil gunting dan memotongnya? Dengan sabar pendeta itu mengatakan : ”Silakan ibu”.
Dengan sabar pula pendeta itu menyerahkan stolanya, dan wanita itu mengguntingnya di depan mata jemaat. Ketika potongan stola itu diserahkan wanita itu kepada pendeta, pendeta itu dengan tenang menerimanya dan mengatakan: “Terima kasih ibu”. Namun kemudian pendeta itu berkata : “Ibu, dalam diri ibu juga ada sesuatu yang terlalu panjang, dan kurang baik. Bolehkah saya memotongnya sekarang?” Ibu itu dengan cepat dan enteng berkata meyakinkan: “Tentu!” “Pak pendeta boleh memotongnya sekarang! Ini guntingnya”.
Menanggapi jawaban itu, pendeta yang bijaksana itu berkata : “Baik bu, keluarkan lidahmu!”. Sebenarnya, lidah, dan bahkan bibir dan juga mata ibu terlalu puanjang!
Kita sering sangat cepat dan mudah melihat kesalahan serta kekurangan orang lain, tetapi kesalahan dan kekurangan diri sendiri tak kita sadari. Mari kita sering dengan jujur melakukan introspeksi. Dan kalaupun ada saudara lain yang bersalah, mari kita berusaha untuk memperbaikinya dengan semangat mengasihi agar terjadilah kesadaran untuk kembali berbuat benar.