Memikul Salib
Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.
(Lukas 14:27)
Dunia ini dipenuhi dengan ketidakadilan, penyimpangan, kekerasan dan hidup yang mementingkan diri sendiri. Manusia lebih memilih berjalan menurut kehendaknya sendiri, tidak lagi peduli apakah itu sesat dan merugikan orang lain. Ketika dihadapkan pada fenomena ini, haruskah orang percaya mengikuti jejak orang dunia dengan pola hidupnya yang bertentangan dengan kebenaran, ataukah tetap teguh meneladani Kristus ?
Memikul salib berarti bersedia untuk menyangkal diri sendiri. Itu tidak mudah, karena kehendak dan kemauan kita (daging kita) cenderung berlawanan dengan kehendak Tuhan. Kehendak dan kemauan manusia adalah melakukan apa yang menyenangkan daging. Untuk layak disebut murid Tuhan tidak ada jalan lain selain harus melawan keinginan daging dan mengikuti keinginan Roh Kudus.
Sakit memang! Namun rasa sakit itu tidak sebanding dengan penderitaan Tuhan Yesus yang sudah memikul salib-Nya, dan salib yang dipikul-Nya adalah masalah terberat yang dihadapi oleh seluruh umat manusia yaitu dosa. Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita, bahkan Ia rela mencucurkan darah-Nya dan mati bagi kita di kayu salib. Jadi salib yang harus kita pikul setiap hari sesungguhnya tidak sebanding dengan kemenangan yang Tuhan berikan. Memikul salib juga berarti rela menderita karena kebenaran, berani berkata ya diatas kebenaran. Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.
#TimVitji GKJJoglo#