HIDUP YANG TETAP MENGHIJAU
Dalam minggu-minggu terakhir ini di beberapa daerah ada gejala yang menonjol yaitu kekeringan. Tetumbuhan meranggas, sungai, danau, bendungan, menyusut airnya, sawah puso, debu beterbangan, dan terik. Air menjadi barang mahal. Di beberapa daerah bahkan orang harus berjalan beberapa kilometer untuk mendapatkan sepikul air. Itupun dengan kualitas yang tidak terlalu baik. Kehidupan menjadi terasa gersang dan menurun kualitasnya.
Tapi sebenarnya ada gejala kekeringan yang juga amat menonjol dan bahkan jauh lebih berbahaya, yaitu kekeringan spiritual. Kekeringan spiritual itu terjadi karena kualitas hubungan manusia dengan Tuhan begitu merosot. Seiring dengan itu, kualitas hubungan manusia dengan sesamanya, dengan alam dan lingkungan hidupnya juga mengalami kemerosotan yang sama. Manusia tak lagi harmonis dan ramah, tidak peduli, tidak mendengar, tidak tumbuh sehat. Meski secara phisik penampakan kadang subur dan sejahtera tapi secara spiritual manusia mengalami kekeringan rohani, “berdebu”, “menyusut”, dan seperti juga tanaman : “meranggas”.
Keadaan kering itu mengingatkan kita pada beberapa kondisi masyarakat dan umat di mana manusia melupakan Tuhan, dan akibatnya Tuhan “tidak berfirman”. Tuhan “berhenti berkata-kata untuk sementara”. Terjadilah bencana kekeringan dan kelaparan, tetapi bukan kekeringan dan kelaparan akan air dan makanan, namun akan firman. Beberapa gejala itu tampak dalam kehidupan umat misalnya pada jaman imam Eli (masa kecil Samuel) : “pada masa itu firman Tuhan jarang” (I Sam.3:1). Juga pada masa nubuat nabi Amos (Am. 8:11–14). Gejala yang sama terjadi pada masa nabi Elia, dan mungkin juga pada jaman kita sekarang. Tapi tidak semua orang menjadi kering. Ada yang meskipun hidp pada musim kering, namun tetap hijau.
Mengapa ada orang yang hidup hijau bertumbuh, sementara yang lain tidak? Di balik kehidupan yang tampak di permukaan, yaitu di dalam tanah ada rahasia. Ada yang tumbuh di tepi sumber atau aliran air yang senantiasa memberi kesegaran, sehingga akar-akarnya megakses sumber-sumber air yang subur. Tanaman itu senantiasa menghijau, meski kemarau. Ada yang tumbuh jauh dari sumber atau aliran air, dan hanya tumbuh dan menghijau ketika musim pengujan. Ketika kemarau tiba, iapun layu, kering dan mati.
Jadi tumbuh subur, stabil dan berbuah pada waktunya adalah ciri dan tanda beriman yang sehat. Ia digambarkan dalam kitab Mazmur seperti pohon yang tertanam di tepi aliran air. Subur, mengijau, dan senantiasa berbuah pada waktunya.