“Jadilah Penurut Tuhan”
1 Tesalonika 1:1-10
“Jangan menoleh ke belakang!” Jika kita membaca tulisan ini ada di depan kita, maka kita justru cenderung ingin menoleh dan melihat ada apa di belakang kita, sehingga kita tidak boleh menoleh ke belakang. Ilustrasi ini menggambarkan kecenderungan kita ketika memperoleh larangan atau peraturan. Itu tanda bahwa menjadi ‘penurut’ bukanlah hal yang mudah. Sama seperti Adam dan Hawa, ketika Tuhan menetapkan peraturan untuk tidak memakan buah di tengah taman, ia justru penasaran, dan akhirnya melanggar perintah Tuhan.
Ada banyak faktor yang membuat seseorang tidak lagi bertahan untuk menaati peraturan. Salah satunya adalah penderitaan. Penderitaan dapat membuat orang berada dalam situasi tertekan yang membuatnya tidak lagi dapat berpikir dengan jernih, lalu mengambil tindakan yang kurang tepat pula.
Itulah sebabnya, surat 1 Tesalonika ini ditulis. Bagian pembukaan surat ini memberikan suatu dorongan dan syukur karena jemaat Tesalonika dapat menunjukkan perjuangan iman sekalipun mereka berada dalam penderitaan. Mereka memperoleh tekanan baik dari dalam maupun dari luar. Ada diantara mereka yang tidak dapat bertahan dan mengikuti pengajaran-pengajaran sesat. Namun, penulis surat ini berpesan, agar mereka menjadi penurut-penurut Tuhan, serta penurut-penurut para pelayan Injil.
Ada tiga hal yang dapat diperhatikan dalam usaha jemaat untuk menjadi penurut Tuhan; 1) sabar dan tabah dalam penderitaaan. Bukan berarti sikap ini merupakan pembenaran dari tindakan ‘diam dan pasif’ dari orang percaya. Sabar dan tabah adalah mampu bertahan sekalipun situasi tidak seperti yang diharapkan. Orang yang sabar dan tabah adalah orang yang berani menerima segala menerima segala apa yang terjadi, 2) lebih bersungguh-sungguh dalam mengasihi, 3) Terus menantikan pengharapan dari Tuhan.