top of page

“Dari Ratapan Menuju Pengharapan”


Mazmur 13:1-6


Mazmur 13 yang terdiri dari 6 ayat ini, diawali dengan 4 buah pertanyaan retoris. Keempat pertanyaan tersebut diawali dengan frasa, “berapa lama lagi?” Kalimat seperti ini juga sering kita ucapkan, manakala kita menantikan sesuatu, lalu sesuatu yang kita nantikan itu tidak kunjung datang atau terjadi. Frasa, “berapa lama lagi’, mengungkapkan perasaan lelah, kecewa, dan tidak sabar lagi menunggu. Kita mengeluh karena apa yang diharapkan ternyata tidak sesuai kenyataan. Begitulah yang hendak diungkapkan oleh pemazmur dalam syair pujian Mazmur 13 ini. Pemazmur mengeluh karena merasa keadaan hidupnya serba tidak beruntung dan tidak menyenangkan.


Namun Mazmur ini menunjukkan hal yang menarik. Dalam kekecewaan dan keluhannya, Pemazmur masih memiliki pengharapan di dalam Tuhan. Ia meminta kepada Tuhan untuk memperhatikannya. Permohonan ini menunjukkan, ia masih percaya bahwa Tuhan sanggup menolongnya. Keyakinannya itu diteguhkan dengan kepercayaan dirinya, bahwa Tuhan penuh kasih setia. Keyakinan itu pula yang menyulut pengharapan hidupnya, sehingga memampukannya bersorak-sorai dan bernyanyi. Perasaan dikasihi Allah itu membuatnya mampu melihat kebaikan di tengah penderitaan yang ia alami.


Adalah hal yang wajar apabila kita merasa ciut hati saat menghadapi suatu masalah. Mengakui perasaan kita yang sedih, takut, kuatir, kecewa, dan hilang harapan sesungguhnya adalah hal yang wajar. Kita tidak perlu malu mengakuinya. Namun, mari kita tidak menjadikan kewajaran itu sebagai legitimasi agar kita dapat berlama-lama dalam kondisi lemah itu. Sebagaimana Pemazmur, dalam segala kondisi, bahkan yang terberat sekalipun, ia masih menaruh pengharapan kepada Tuhan. Maka, mari kita juga tetap memelihara pengharapan kepada-Nya, agar ratapan kita dapat menjadi sorak sorai.

Kategori
Recent Posts
Archive
bottom of page