Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem. Ada kerinduan orang Yahudi saat itu untuk beribadah di Bait Allah pada hari raya Paskah. Namun yang terjadi selanjutnya mengejutkan. Meja-meja dibalikkan, uang-uang koin berhamburan, kambing domba dan lembu serta pedagangnya kacau lari berhamburan.
Ada satu ayat yang sering terlupakan, "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku.” yang menjadi alasan mengapa Yesus melakukan hal yang begitu radikal, sehingga insiden ini menjadi salah satu tuduhan yang dipakai oleh orang Farisi untuk menyalibkan Dia. Bagi Yesus cinta akan kesucian Bait Allah, kekudusan Nama Tuhan melebihi kewajiban religious formal. Cinta itu begitu membara dan seolah membakar habis hidupNya
Cinta akan kekudusan Tuhan tersebut akan merubuhkan segala halangan yang menghalangi kita agar relasi kita dengan Tuhan dipulihkan. Kata ‘cinta’ di dalam konteks ini berasal dari kata Yunani yang bermakna “merebus” atau “membakar”. Rebusan atau pembakaran itu berlangsung sampai menghanguskan. Kata itu dalam Septuaginta,-PL berbahasa Yunani-, dipakai dalam kaitannya dengan persembahan korban yang dihanguskan di dalam api. Seperti itulah cara hidup yang diharapkan oleh Allah dari kita
Kata itu diangkat Yesus dari Mzm.69 khususnya ayat 7-10. Pemazmur menanggung penolakan, aib, dan pengasingan karena cintanya kepada rumah Tuhan. Ia memohon kebangunan rohani, penyucian dan pembaharuan di antara umat Allah; karena dia telah menderita di tangan orang yang merasa puas dengan keadaan rohani yang buruk ketika itu
Yesus begitu berani untuk mengusir para pedagang yang sedang berjualan di Bait Allah, karena ini adalah sebuah pengorbanan. Pengorbanan adalah bukti dari cinta. Yesus tahu ada ketidak-jujuran dalam praktik tersebut dan para pemuka agama ada di balik itu. Hal ini tampak jelas dalam ungkapan Yesus “Rumah-Ku disebut rumah doa. Tetapi kamu jadikan sebagai sarang penyamun”. Ada praktik bisnis yakni meraup keuntungan dengan topeng demi ibadah keagamaan. Yesus sangat mencintai Bapa-Nya. Dan ini yang tidak dimiliki oleh para pemuka agama Yahudi juga para pedagang tersebut. Mereka seolah-olah tampak sibuk membantu penyelenggaraan ibadat di Bait Suci, namun mereka tidak memiliki kasih terhadap Allah dan sesama.
Tubuh dan hidup kita adalah Bait Allah. Tempat Allah berdiam. Namun tidak semua orang menyadarinya. Janganlah itu diperdagangkan. Bahkan membuatnya menjadi begitu murah. Sebagaimana Yesus mengusir para pedagang dan penukar uang karena mereka tidak menghargai kesucian dan kekudusan Bait Allah, begitu pun seharusnya dengan diri kita. Hosiana !
Comments