Kita disebut ‘anak-anak Allah’. Sebagai ‘anak Allah’, maka tentunya kita memiliki kemiripan dengan Bapa kita, yaitu Tuhan Yesus Kristus. Ketika kemiripan itu tidak tampak, maka status ‘anak Allah’ dipertanyakan kepada kita, sungguhkah kita adalah ‘anak-anak Allah’? Kemiripan kita dengan Allah sebagai bapa kita, dapat dilihat dari buah Roh yang kita hasilkan. Dalam ayat 6, “Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita.”
Di dalam 2 Timotius 1:7, Paulus berkata kepada Timotius, “Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.” Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini, ayat ini berbunyi, “Sebab Roh yang Allah berikan kepada kita, bukanlah Roh yang membuat kita menjadi penakut. Sebaliknya Roh Allah itu membuat kita menjadi kuat, penuh dengan kasih, dan dapat menahan diri.”
1. Kekuatan, roh yang Tuhan beri dalam diri kita adalah roh yang memberi kekuatan. Anak Allah dicirikan oleh sikap hidup yang optimis, bersemangat, dan mampu menyemangati orang lain.
2. Kasih, Paulus berkata, “kamu bukan lagi hamba, melainkan anak.” Kita adalah anak, yang menghayati relasi dengan Tuhan selayaknya relasi antara anak dan orang tua, yang diwarnai dengan sikap saling percaya, kasih, dan hormat. Bukan relasi transaksional berdasarkan hukum untung rugi.
3. Ketertiban, dalam Alkitab bahasa asli berasal dari kata sophronismos yang berarti pertimbangan yang matang atau pengendalian diri. Keberadaan roh di dalam diri kita dicirikan dengan sikap yang tidak gegabah, penuh pertimbangan, dan kemampuan untuk mengendalikan diri.
Commentaires