Hari Minggu ini, minggu terakhir sebelum Paskah, dikenal sebagai Minggu Palma. Gereja memperingati peristiwa ketika Yesus memasuki kota Yerusalem sebelum penyaliban, dan disambut serta dielu-elukan oleh penduduk Yerusalem dengan melambai-lambaikan daun palem atau palma. Yesus sendiri mengandarai seekor keledai, bukan kuda atau kereta perang. Ia menggenapi nubuat para nabi tentang Messias sebagai Raja Damai. Orang banyak menggelar atau menghamparkan jubah mereka di jalan yang akan dilalui Yesus –seperti orang modern menyambut tamu agung dengan menggelar karpet merah-- untuk dilalui seorang pahlawan yang datang dalam Nama Tuhan.
Pohon palem, yang di dalam bahasa Yunani disebut phoinix dan dalam bahasa Ibrani disebut tamar, merupakan tumbuhan yang banyak dan tumbuh subur di Pelestina, khususnya di lembah Yordan. Palem sendiri sebenarnya sebutan yang menunjuk kepada keluarga Palmae yang banyak jenisnya. Dalam beberapa arti khusus, palma ini kadang berarti kurma.
Pohon itu sering dianggap sebagai pohon suci atau setidaknya memiliki makna dan simbol religius, oleh sebab itu dipakai sebagai motif-motif hiasan pada tembok Bait Suci, atau bahkan rumah ibadah agama-agama lain. Pohon ini melambangkan keadilan, kebaikan dan kebijaksanaan. Orang suka melambai-lambaikan ranting-rantingnya sebagai tanda sukacita, terutama pada hari raya Pondok Daun, tetapi juga sebagai tanda penyambutan tokoh yang yang dihormati, atau pahlawan-pahlawan pada hari-hari kemenangan.
Penyambutan masyarakat Yerusalem yang bertepatan dengan hadirnya massa peziarah yang datang dari berbagai daerah di luar Yerusalem dalam rangka merayakan Paskah di kota suci Yerusalem, menambah meriahnya peristiwa minggu palmarum itu. Sebagian dari mereka juga hadir massa dari Galilea, yang merasa bahwa Yesus juga orang dari Galilea. Kemeriahan massa yang mengelu-elukan Yesus itu membuat para pemimpin dan tokoh agama Yahudi amat cemas dan khawatir. Oleh sebab itu mereka berusaha mempengaruhi massa untuk menangkap dan membunuh Yesus.
Yang menyedihkan adalah bahwa suara mereka yang pada hari minggu palma begitu meriah dan lantang meneriakkan “Hosana, diberkatilah Dia yang datang sebagai Raja dalam Nama Tuhan, damai sejahtera di sorga dan kemuliaan di tempat yang mahatinggi”, ternyata pada hari Jumat, bungkam. Bahkan di depan pengadilan yang mengadili Yesus berubah karena hasutan para pemimpin agama Yahudi, teriakan menjadi : “Salibkan, salibkan”. Politik dan kekuasaan telah lebih berperan katimbang agama dan kebenaran. Itulah politisasi agama.
Comments