top of page

KIAMAT


Dalam sejarah, berkali-kali muncul ajaran dan sekte (aliran yang dipandang sesat) yang meramalkan kapan saat kiamat. Sering ramalan dan aktivitas sekte semacam itu cukup membuat banyak orang heran dan terkejut, meski sebenarnya sejak jaman pelayanan Yesus, berkali-kali sekte semacam itu muncul. Perkara semacam itu sudah lama diperingatkan, dan sejak jaman gereja-gereja purba, perilaku menyimpang mengenai kiamat juga sudah menggejala.

Dalam kotbahNya, Yesus memperingatkan untuk waspada terhadap penyesatan (mis. Mat. 24:4,11). Dengan tegas Yesus mengatakan bahwa tentang hari dan saat itu (kapan kiamat), tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di surga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri (Mat. 24:36). Kita justru dinasehati supaya berjaga-jaga. Sialnya, beberapa orang sering merasa diri “diberi tahu” oleh Allah, atau malah merasa diri “menjadi satu dengan Allah” sehingga kata-kata atau ramalannya juga (oleh para pengikutnya) dipercaya sebagai kata-kata Allah.

Begitu juga ketika gereja berkembang. Di Tesalonika misalnya, ada sekelompok orang Kristen (seperti kelompok sekte), yang mengajarkan tentang kiamat yang segera akan datang. Paulus menegurnya dalam pasal 5:1, bahwa kita tidak ada yang tahu. Yang Tuhan ajarkan adalah agar kita berada dalam keadaan siap dan waspada, dan bukan meramal-ramal hari dan waktu. Paulus malah memperingatkan orang yang dengan alasan menunggu kiamat yang segera datang, tidak mau bekerja. Mereka menjual hartanya dan berdoa menunggu kiamat. Praktek iman seperti itu harus dijauhi karena menyesatkan sehingga mengajak orang untuk tidak bekerja (II Tes. 3 : 6 – 15). Begitu berbahayanya ajaran sesat itu, sehingga orang Tessalonika diminta menjauhi, tapi jangan dianggap sebagai musuh, melainkan harus menegor dan memperingatkan mereka.

Ada banyak faktor yang menyebabkan timbulnya gejala itu. Satu diantaranya adalah kekecewaan hidup dan rawannya pengharapan. Ketika orang mengalami kekecewaan dan penderitaan yang mendalam, dan secara subyektif merasa begitu dekat dengan Tuhan, maka mereka dengan sikap ekstreem mencari celah pengharapan. Tetapi karena tercampur dengan fanatisme dan keyakinan diri yang ekstreem, maka pertimbangan-pertimbangan wajar menjadi tersisih. Pemompaan terus menerus dengan pengharapan itu membuat pengharapan dan keyakinan sempit itu menjadi makin kenceng. Kalau ada kondisi yang mendukung, ada pemimpin, ada pengikut setia, terjadilan letupan sekte seperti itu. Jadi hati-hati kalau di dalam hidup anda mengalami kecewa berat, jangan cari pengikut dan bikin ajaran yang subyektif dan aneh-aneh. Bisa-bisa menyesatkan banyak orang.

Comments


Kategori
Recent Posts
Archive
bottom of page