Tetapi jawab Ayub kepadanya: "Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya.
(Ayub 2 : 10)
Kisah percakapan Ayub dengan isterinya ini sangat populer. Ayub sosok yang digambarkan sangat soleh ini mampu memberikan keteladanan iman yang begitu kuat untuk fokus dan benar-benar berjalan di jalan Allah. Oleh karena itu desakan isterinya supaya meninggalkan kesalehan dan ketaatannya kepada Allah tidak ia gubris. Bahkan justru menghardik isterinya dengan kalimat yang cukup keras!.
Tekanan hidup yang begitu berat, bahkan yang kadang diijinkan Tuhan terjadi secara bertubi-tubi sangat berpotensi membuat orang terdorong untuk lebih memilih jalan keluar meninggalkan Allah.
Namun tidak dengan Ayub. Sepanjang hidup ia begitu menerima limpahan anugerah kebaikan Allah, sehingga kesadaran inilah yang membuatnya tidak ingin berpaling dari Allah ketika ujian hidup itu tidak juga kunjung usai. Ia tidak mau melupakan kebaikan Allah yang sedemikian rupa selama ini, sehingga ketika ia harus menghadapi hal begitu pahit ia tabah, berserah dan tetap teguh untuk menjaga mulutnya untuk tidak mengeluarkan kata-kata yang mendukakan Allah. Ia tidak hanya taat saat dianugerahi yang baik-baik namun tetap taat saat Allah mengijinkan hal-hal yang tidak baik terjadi dalam hidupnya. Teladan kehidupan yang luar biasa, Ayub tidak hanya mau yang baik-baik saja. Apapun yang sedang menderanya ia memilih untuk tidak berbuat dosa. Semoga kita semua dimampukan meneladaninya.
Comments