Menurut Anda, di dunia ini, apa yang paling lengket atau melekat? Jawabannya amat relatif. Biasanya orang memikirkan kearah lem perekat yang bisa membuat dua benda lengket dengan amat kuat. Ternyata yang paling melekat di dunia ini adalah manusia dengan yang dimilikinya, dicintainya, atau apa saja yang dirasa dapat membuat manusia bahagia, entah itu orang atau barang.
Begitulah misalnya Buddha mengajar, bahwa inti hidup adalah duhkha, derita. Lalu mengapa manusia menderita ? Manusia menderita karena manusia memiliki keinginan, yaitu keinginan untuk memiliki. Keinginan untuk mencintai (trishna) sesuatu. Ketika keinginan itu tak tercapai manusia menderita. Ketika memiliki sesuatu, manusia takut kehilangan, dan itupun sebuah penderitaan. Ketika yang dimilikinya hilang, iapun merasa kehilangan, dan bersedih, dan iapun menderita. Jadi kunci supaya manusia tidak menderita adalah tidak usah mempunyai keinginan untuk memiliki. Tapi ini sesuatu yang mustahil.
Selama manusia hidup ia pasti memiliki dan ingin memiliki sesuatu. Jadi memiliki bukanlah sesuatu yang salah. Yang lebih menjadi masalah adalah bagaimana kita memperlakukan milik kita. Kalau milik telah menjadi penghalang yang mengganggu hubungan dan sikap kita kepada Tuhan, maka apa-pun wujudnya, itu adalah berhala. Manusia tidak dapat mengabdi dua tuan.
Keinginan dan mencintai milik sering begitu kuat menyedot energi hidup, bahkan sering manusia demikian terikat dengan apa yang dimiliki dan dicintainya, sehingga ia melekat. Kemelekatan dengan harta atau yang kita miliki dan kita cintai itulah yang membuat manusi sulit lepas dari harta. Di mana hartamu di situ hatimu, kata Tuhan Yesus. Cinta akan uang adalah pangkal segala dosa, tambah Paulus.
Jadi diperlukan suatu sikap yang benar dan bertanggung jawab dalam memiliki sesuatu. Katakanlah itu Etika Pemilikan. Kita mesti sadar secara mendasar, Siapa sebenarnya Pemilik Mutlak dari segala sesuatu yang kita miliki. Bagaimana kita memiliki sesuatu. Bagaimana sikap kita terhadap milik kita. Untuk tujuan apa milik dipakai. Kita tak membawa apa ke dalam dunia, kita juga tak dapat membawa apa-apa keluar dari sana. Oleh karena itu bersikap-benarlah terhadap apa yang kita miliki di dunia, agar kita tidak melekat dan menjadi satu dengannya. Sebab ketika kita melekat, hati kita di sana, dan tak mampu bersikap benar terhadap yang lain.
Belajarlah membuat jarak yang benar terhadap milik, bahkan belajarlah secara bertahap menjauhi itu semua, sebab akan datang waktunya kita akan kehilangan segala milik kita, kecuali kasih Allah yang kekal.
Comments