Situasi pandemi semakin hari terasa semakin mencekam. Meskipun kita tidak ingin mendengar, namun toh kita mendengar juga saudara-saudara kita yang terpapar Covid-19. Kita juga mendengar banyak tangis dan derita dialami oleh orang (atau bahkan kita sendiri), akibat berbagai bencana. Bukan hanya Covid-19, namun juga bencana-bencana yang lain. Dalam situasi seperti itu, kita sungguh memerlukan penopang yang kuat agar dapat menghadapi krisis demi krisis. Salah satu caranya adalah memandang setiap peristiwa yang terjadi dalam setiap kesempatan sebagai latihan bagi kita dalam menghadapi kehidupan.
Rasul Paulus sangat menghargai waktu. Waktu atau tepatnya “kesempatan” tidak boleh berlalu tanpa makna, katanya: “Waktu telah singkat!” Kesadaran tentang singkatnya waktu ini terkait dengan dunia kita yang tidak kekal. “Sebab dunia seperti yang kita kenal sekarang akan berlalu.” Bagaimana hidup dengan waktu yang singkat ini?
Rasul Paulus meminta kita untuk hidup dalam kesadaran penuh. Kesadaran ini tercermin dari sikap hidup yang tenang dan seimbang. Kepemilikan, keterikatan kepada hal-hal duniawi selayaknya dihindari. Simaklah kata-kata Rasul Paulus: “... dalam waktu yang masih sisa ini orang-orang yang beristri harus berlaku seolah-olah mereka tidak beristri; dan orang-orang yang menangis seolah-olah tidak menangis; dan orang-orang yang bergembira seolah-olah tidak bergembira; dan orang-orang yang membeli seolah-olah tidak memiliki apa yang mereka beli ....”
Dalam waktu yang masih sisa ini, mestinya kita memprioritaskan hal-hal yang dapat mengarahkan kita pada kehidupan kekal. Ucapan selamat dalam seluruh rentang waktu kiranya berada dalam koridor ini. Bila nanti dunia berlalu, kehidupan kekal tidak berlalu dari kita. Ketika kita terikat pada apa yang kita miliki di dunia, maka hati kita akan sulit untuk merasakan tenang dan menikmati waktu yang kita jalani. Oleh karena itu, mari kita berusaha untuk tidka terikat pada apa yang kita miliki maupun keterikatan-keterikatan lain di dunia, agar kita memiliki kekuatan dan ketenangan batin saat hal-hal buruk, yang tidak kita harapkan terjadi pada diri kita.
Comentarios